TopOne.id – Situasi di Sudan makin lama tegang sebab terjadi bentrokan pada tentara dan pasukan Paramiliter Pendukung Cepat (RSF) yang berkompetisi untuk merebut kekuasaan di negara tersebut, di dalam beberapa jam terakhir.
Diketahui, terhadap Minggu 16 April 2023, militer Sudan melancarkan serangan udara di pangkalan pasukan paramiliter yang terdapat di Kota Omdurman, wilayah yang dekat bersama ibu kota Khartoum.
Pertempuran pada militer Sudan dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) udah terjadi sejak beberapa hari ke belakang.
Menurut laporan Reuters, pertempuran yang terjadi mengancam kesuksesan transisi ke pemerintahan sipil di Sudan.
Sejumlah saksi mata menyebut dentuman nada artileri terdengar di Khartoum, Omdurman, dan Bahri terhadap Minggu dini hari.
Tak hanya itu, di kota Port Sudan yang terdapat di dekat Laut Merah, beberapa saksi mata juga melaporkan mendengar nada dentuman serupa.
Di lain pihak, otoritas kebugaran Sudan pada mulanya melaporkan bahwa setidaknya 25 orang udah tewas dan 183 orang lainnya terluka di dalam pertempuran pada militer Sudan dan RSF, sejak beberapa jam paling akhir ini.
Korban tewas akibat pertempuran tersebut berasal dari bermacam area layaknya bandara Khartoum, Omdurman, Nyala, El Obeid, dan El Fasher.
Sementara itu, RSF mengeklaim udah sukses menempati beberapa area strategis di Sudan, juga istana kepresidenan, kediaman panglima militer, stasiun televisi negara, bandara di Khartoum, Kota Merowe, Kota El Fasher, dan negara anggota Darfur Barat. Namun, klaim RSF tersebut dibantah oleh tentara Sudan.
Hingga kini dilaporkan bahwa nada tembakan dan ledakan masih terdengar di seluruh ibu kota Sudan, pas beberapa distrik dikabarkan mengeluarkan asap tebal.
Beberapa video yang beredar di media sosial menampilkan jet militer yang terbang rendah di atas Khartoum, juga video yang memperlihatkan tidak benar satu jet itu menembakkan rudal.
Konflik pada tentara Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) udah terjadi sejak Kamis lalu, pas tentara Sudan memperlihatkan bahwa gerakan RSF dijalankan tanpa koordinasi dan dianggap ilega
Pada Oktober 2021 Sudan udah mengalami krisis politik kala militer menggulingkan pemerintahan transisi yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abdalla Hamdok.***