Meskipun tradisionalnya tari saman hanya ditampilkan oleh lelaki, munculnya penari perempuan, terutama dalam tari ratoeh jaroe, menimbulkan diskusi hangat.
Kontroversi muncul karena gerakan perempuan tidak selalu sesuai dengan pakem saman. Namun, ada yang melihat hal ini sebagai inovasi yang memperkaya seni tari Aceh.
Mencari Keberlanjutan dan Pemeliharaan
Ketidakpastian juga menyelimuti keberlanjutan tari saman.
Maestro, yang seharusnya menjadi penerus dan pemelihara tradisi, semakin sulit ditemukan.
Program edukasi dan pembinaan tari saman juga terlihat mandul, tanpa kurikulum yang jelas di sekolah-sekolah Aceh.
Dalam menjaga keberlanjutan warisan budaya ini, penting bagi pemerintah dan masyarakat Aceh untuk bersatu.
Pemahaman akan nilai-nilai filosofi dalam tari saman, seperti kecepatan, ketepatan, kekompakan, kebersamaan, penghargaan, toleransi, dan gotong royong, harus tetap hidup.
Seiring dengan peringatan WBTb UNESCO setiap 24 November, tugas kita adalah memastikan agar keindahan dan makna dalam tari saman tetap diteruskan,
menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang.
(Fiyu)