Bogor | TopOne – Tentang gaduhnya “amplop kiai”, Ketua Umum (Ketum) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa meminta maaf. Hal ini disampaikannya di depan kader Partai PPP kala menyampaikan sambutan pada Sekolah Politik PPP di Bogor, Jumat 19 Agustus 2022.
Dirinya menyesalkan ada pihak yang sengaja memotong pidato dirinya, sehingga membuat pernyataan dirinya jadi di luar konteks dan membentuk opini sehingga mengakibatkan kegaduhan.
“Sambutan aku itu tidaklah berdiri sendiri, melainkan merespon atas apa yang disampaikan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron yang kala itu aku panggil bersama dengan sebutan Kiai, mengapa? sehingga sambutan aku secara esensial terus menerus bersama dengan yang disampaikan beliau dan aku berusaha menyambungkan bersama dengan yang dipersentasikan oleh Deputi Pendidikan dan Peran Masyarakat Wawan Wardian,” kata Suharso.
Pernyataan yang beredar itu merupakan tanggapan dirinya pada sambutan yang disampaikan oleh Nurul Ghufron, Beliau mengingatkan bahwa seseorang mengikratkan diri untuk berjuang bersama dengan partai mereka seharusnya ingat bahwa posisinya adalah seorang abdun dan khalifah yang kelak kudu mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Allah SWT di yaumul akhir.
Sedangkan Wawan Warian menguraikan, pentingnya edukasi anti korupsi bersama dengan obyek menumbuh kembangkan budaya anti korupsi sehingga masyarakat tidak kembali membetulkan perihal yang biasa, kalau itu benar. Melainkan membiasakan hal-hal yang benar, jadi bukan membetulkan hal-hal biasa melainkan membiasakan hal-hal yang benar.
Suharso mendambakan mengulang dan menggaris bawahi bahwa pesan yang disampaikan itu penting, dirinya sungguh tergugah oleh rekomendasi KPK sehingga para peserta yang ikuti PCB sanggup meneladani pesan yang disampaikan tersebut.
“Saya sungguh tergugah oleh rekomendasi KPK sehingga kita tau diri dan aku mengawali sambutan bersama dengan sedikit merefleksi atas apa yang aku alami sebagai sebuah ilustrasi. Sama sekali tidak tersedia maksud untuk menyalahkan siapapun aku hanya mengilustrisasikan,” ucap Suharso.
Pada kala pidato, dirinya sedikit terbawa emosi untuk coba tau diri, menurutnya ilustrasi yang disampaikan berikut merupakan kekhilafan dan tidak pantas untuk diungkapkan di depan publik.
“Saya akui ilustrasi didalam sambutan itu sebuah kekhilafan dan tidak pantas aku ungkapkan, seharusnya tersedia ilustrasi atau cara lain bukan mengungkapkan ilustrasi yang justru mengakibatkan penafsiran yang keliru apalagi dipotong – potong,” kata Suharso.
“Kekeliruan pada pemahaman yang aku sampaikan di KPK kemarin, anggap saja aku yang awam ini keliru menyita contoh untuk diilustrasikan, karena itu lebih enteng daripada menyimpulkan kesalahpahaman yang berkepanjangan. Saya mengaku itu sebuah kesalahan, aku memohon maaf dan meminta untuk dibukanan pintu maaf seluas-luasnya,” ucap Suharso.*
(HT)