Pada akhirnya, anak pertama sampai di Pohon Taru Menyan di Desa Trunyan. Di sinilah ia menemukan seorang perempuan cantik dan menawan yang menjadi istrinya.
Untuk melindungi daerahnya, Ratu Sakti Pancering Jagat, sang anak pertama, memutuskan bahwa jenazah tidak akan dikubur melainkan ditaruh di dekat Pohon Taru Menyan.
Nama Desa Trunyan diambil dari kata “Taru” yang berarti pohon dan “Menyan” yang berarti harum, merujuk pada pohon kayu Menyan yang mengeluarkan aroma harum.
Lokasi dan Daya Tarik
Desa Trunyan berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Untuk mencapai desa ini, pengunjung harus menyeberang melalui Desa Kedisan menggunakan perahu.
Daya tarik utama Desa Trunyan adalah tradisi pemakaman yang unik. Jenazah diletakkan di bawah Pohon Taru Menyan dengan cara yang berbeda tergantung pada jenis kematian.
Tradisi ini menciptakan pemandangan yang menarik dan memikat minat wisatawan.
Desa Trunyan, dengan sejarah dan tradisi uniknya, menjadi destinasi yang menawarkan pengalaman wisata yang berbeda di Pulau Dewata, Bali.
Melalui tradisi Mepasah dan cerita sejarahnya, Desa Trunyan menjadi saksi bisu dari perjalanan panjangnya di tengah pesona alam Bali yang memesona.
(Fiyu)