TopOne.id – Desa Trunyan, sebuah destinasi wisata di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, menjadi sorotan karena tradisi pemakamannya yang sangat unik.
Desa ini terkenal karena tidak mengubur atau mengkremasi jenazah, melainkan meletakkannya di bawah pohon Taru Menyan. Inilah yang dikenal sebagai tradisi Mepasah.
Desa Trunyan memiliki tradisi pemakaman yang unik. Ketika seseorang meninggal, jenazahnya tidak dikubur atau dikremasi seperti umumnya.
Sebaliknya, jenazah ditaruh di bawah pohon Taru Menyan. Tradisi ini dilakukan dengan keyakinan bahwa aroma harum dari pohon tersebut dapat menyamarkan bau jenazah.
Pohon Taru Menyan memainkan peran penting dalam tradisi ini.
Dengan dipagari anyaman bambu dan ditutupi kain putih, jenazah yang diletakkan di bawahnya tidak menimbulkan bau busuk dan tidak dihinggapi oleh lalat atau ulat.
Ini menciptakan pemandangan yang unik dari tengkorak manusia yang tergeletak begitu saja di atas tanah dangkal.
Sejarah Desa Trunyan
Sejarah Desa Trunyan dimulai dengan perjalanan empat anak Raja Surakarta. Mereka mencapai Bali dan melanjutkan perjalanan hingga tiba di Gunung Batur.
Di sana, anak pertama dan ketiga terlibat dalam pertikaian, dan akhirnya, anak pertama melanjutkan perjalanan sendirian.