TopOne.id – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan fenomena longsor di Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Bencana selanjutnya terjadi pada 6 Maret 2023.
Menurut Kepala Badan Geologi Sugeng Mujiyanto, bencana gerakan tanah yang terjadi sementara itu diperkirakan berupa aliran bahan rombakan atau debris flow.
Adapun faktor penyebab tanah longsor selanjutnya menurutnya, diperkirakan akibat kemiringan lereng tebing yang curam, pelapukan tanah yang tebal berasal dari batuan tua berupa lapukan granodiorit, dan juga curah hujan yang tinggi dengan durasi lama.
“Berdasarkan Peta Geologi Regional Natuna, batuan penyusun di tempat bencana juga dalam batuan plutonik serasan yang tersusun granodiorite biotit dan granit hornblende dengan metasedimen,” ucapnya.
Sebelumnya, longsor besar terjadi sekira pukul 11.15 WIB yang menimbun satu kampung. Saat itu puncak bukit berubah jadi sungai yang membawa material tanah di Natuna, Kepulauan Riau.
Bencana itu membuat 10 orang meninggal dunia dan 47 orang di antaranya masih dinyatakan hilang. Pemerintah setempat melaporkan ada 1.216 orang mengungsi ke tempat safe karena masih terjadi longsor susulan.
Terkait dengan bangunan yang tertimbun ada 27 unit di antaranya 26 tempat tinggal dan satu masjid.
Badan Geologi mengimbau kepada warga yang berada dekat dengan kronologis aliran bahan rombakan untuk selalu berhati-hati, lebih-lebih kalau hujan deras terjadi lama, karena berpotensi bakal terjadi gerakan tanah susulan.
“Masyarakat setempat diimbau untuk selalu ikuti saran berasal dari pemerintah tempat maupun BPBD setempat,” ucapnya.
Pemerintah Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada Selasa, 7 Maret 2023 menentukan standing tanggap darurat tentang longsor di Serasan sepanjang tujuh hari, juga merasa 6 Februari 2023.
Longsor dilaporkan tidak cuma terjadi di wilayah Natuna, namun menerjang di Desa Jermalik dan Desa Air Nusa, Kecamatan Serasan Timur.
Akibat perihal tersebut, tidak ada laporan korban jiwa di Serasan Timur, namun warga kira-kira mengungsi ke balai desa setempat.***