30 Gram untuk Rp 4 Juta: Demam Matcha dan Krisis Identitas Uji

TopOne.id – Di jantung Prefektur Kyoto, terdapat sebuah kota kecil bernama Uji, yang sejak lama dijuluki sebagai ibukota matcha Jepang.

Namun kini, kota ini bukan hanya dikenal karena warisan tehnya, melainkan juga karena antrean panjang turis yang ingin mendapatkan secuil bubuk hijau bernama matcha.

Permintaan yang melonjak drastis telah mengubah wajah Uji. Dari kota tenang dengan tradisi teh berusia ratusan tahun, menjadi arena “perburuan” matcha oleh wisatawan yang datang dari berbagai penjuru dunia.

Di balik euforia ini, terselip kekhawatiran penduduk lokal: akankah tradisi dan keseimbangan budaya ini tergilas oleh tren global?

Produksi Terbatas, Permintaan Tak Terbendung

Popularitas matcha melonjak pesat. Data Kementerian Pertanian Jepang mencatat, produksi matcha pada tahun 2023 mencapai 4.176 ton—tiga kali lipat dibandingkan 2010.

Di sisi lain, industri pariwisata juga meledak. Tahun 2024 mencatat rekor 37 juta kunjungan wisatawan ke Jepang, yang sebagian besar penasaran akan pengalaman autentik seperti mencicipi matcha langsung dari sumbernya.