Pembatasan Truk Selama Mudik Ancam Ekspor, Asosiasi Minta Ada Revisi

TopOne.id – Pembatasan operasional truk pengangkut ekspor impor selama musim mudik lebaran merasa 17 April hingga bersama dengan 2 Mei 2023 dinilai bakal menghambat ekspor nasional. Bahkan, kalangan entrepreneur berikat di Jawa Barat cemas pembatasan ini bakal berakibat terhadap pembayaran tunjangan hari raya (THR) dan upah bagi pekerja di industri berorientasi ekspor.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kawasan Berikat Ade R Sudrajat, Minggu 9 April 2023.. Menurut Ade, selama lebih dari satu th. terakhir, truk pengangkut ekspor/impor selalu mendapat pengecualian seperti halnya truk pengangkut sembako.

“Hanya saja, didalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Pengaturan Lalu Lintas Jalan, serta Penyeberangan Selama Masa Arus Mudik dan Arus Balik Angkutan Lebaran Tahun 2023/1444 H, truk ekspor impor tidak masuk pengecualian. Yang menjadi masalah, pembatasan truk berlaku hampir dua minggu. Ini bisa menghambat ekspor kita,” tuturnya.

Dia menuturkan, waktu ini suasana untuk industri berorientasi ekspor tengah sukar dan ada masalah mengejar target ekspor. Pembatasan, lanjut dia, bakal mengakibatkan barang ekspor menumpuk dan tidak bisa mencukupi target.

“Yang kami khawatirkan, ini nanti bakal berimbas terhadap pembayaran THR hingga upah pekerja. Sebab, pengiriman ekspor tidak bisa terpenuhi,” lanjutnya.

Menurut Ade, alasan Kementrian Perhubungan soal penyalahgunaan pengecualian truk ekspor impor seperti yang disampaikan Menhub Budi Karya Sumadi tidak masuk akal. Sebab, truk pengangkut ekspor impor gampang diidentifikasi melalui segel bea cukai dan dokumen ekspor. “Kalau tidak bisa penuhi itu, kan bisa ditindak,” ucapnya.

Di Jawa Barat, ada sekitar 600 lebih kawasan berikat yang diperkirakan bakal terbujuk oleh ketetapan tersebut. Ketua Asosiasi Pengusaha Kawasan Berikat Wilayah Jawa Barat Iwa Koswara mengatakan, didalam sehari setidaknya ada 100 kontainer yang diberangkatkan untuk ekspor.

“Itu baru untuk produk tekstil, namun bagian kami ada juga yang bergerak di bidang garmen, elektronik, kebugaran dan lain-lain,” ucapnya.

Menurut dia, untuk produk tekstil saja, kerugian bisa meraih 50.000 dolar AS per kontainer per hari. Sementara, produk garmen bisa 100.000 dolar AS per kontainer per hari. “Jadi, ada jutaan dolar devisa yang hilang bersama dengan pembatasan ini,” lanjut Iwa.

Dia berharap, pemerintah bisa merevisi SKB tersebut, setidaknya seperti tahun-tahun sebelumnya. Soalnya industri berorientasi ekspor udah terikat kontrak bersama dengan industri di luar. Begitu juga bersama dengan kapal pengangkut di pelabuhan yang tidak bisa dibatalkan atau dimundurkan.

Masa sulit

Apalagi, waktu ini sejumlah industri berorientasi ekspor, terlebih produk tekstil tengah mengalami kesulitan. Iwa menyebut suasana waktu ini bahkan lebih tidak baik dibandingkan waktu pandemi. Saat pandemi, permintaan dari Amerika dan Eropa tidak berubah, cuma ada pembatasan untuk pekerja guna menghindari kerumuman.

“Saat ini, sebagai pengaruh krisis ekonomi global, pasar Amerika dan Eropa yang menjadi pasar utama kami tengah jenuh. Penurunan produktivitas untuk tekstil ini hingga 60 persen. Lebih parah dibanding waktu pandemi yang malah terbilang normal,” ungkapnya.

Hal ini udah merasa merasa dampaknya bersama dengan adanya pengurangan jam kerja. “Kalau saat ini masih juga dibatasi hingga dua pekan, bagaimana kami mau ngejar untuk pembayaran kewajiban kami,” tambahnya.

Dia menjamin, truk kontainer tidak bakal menganggu arus mudik karena beroperasi terhadap malam hari. Selain itu, tahun-tahun sebelumnya juga tidak ada masalah.

Sebelumnya, Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan, pembatasan operasional truk th. ini juga berlaku untuk truk kontainer ekspor impor yang sebelumnya masuk pengecualian. “Tahun selanjutnya kami sempat beri tambahan pengecualian kepada barang ekspor impor, tapi nyatanya disalahgunakan. Ngakunya barang ekspor impor padahal itu merupakan barang yang tidak dibutuhkan waktu lebaran,” kata dia. ***