Obesitas Berisiko bagi Perempuan, Dapat Munculkan Gangguan Kesuburan

TopOne.id – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyoroti kaum perempuan yang berpotensi mendapat efek besar jikalau mengalami obesitas. BKKBN memperlihatkan isu obesitas harus diwaspadai kalangan perempuan lantaran dapat merubah tingkat kesuburan dan siklus menstruasi.

Kepala BKKN Hasto Wardoyo, lantas memaparkan tentang penelitian kesuburan yang dapat menyusut terhadap kaum perempuan penderita obesitas.

“Overweight (obesitas) itu kerap disebutkan sebagai kelebihan dari ‘depot-depot’ hormon kesuburan seperti hormon estrogen,” ujar Hasto Wardoyo di Jakarta terhadap Juamt, 10 Maret 2023.

Hasto menuturkan, hormon estrogen didalam diri setiap perempuan miliki peran terlampau penting untuk pertumbuhan reproduksi. Hormon selanjutnya miliki sejumlah kegunaan yang perihal indung telur dan siklus menstruasi.

Dengan hal-hal itu, kaum perempuan yang menderita obesitas dikhawatirkan mengalami amenorea dengan sebutan lain situasi gangguan siklus menstruasi. Jika perihal itu terjadi, seorang perempuan obesitas bersama dengan amenorea juga bakal berpeluang merubah siklus-siklus menstruasi berikutnya.

Kemudian berikutnya, kasus obesitas terhadap perempuan juga dapat menghidupkan penyakit diabetes, yang mengakses potensi sindrom polikistik ovarium. Diketahui, polikistik ovarium adalah penyakit ovum perempuan tidak berkembang secara normal, akibat ketidakseimbangan hormon didalam tubuh.

“Jadi, polikistik ovarium itu indung telurnya kecil-kecil seperti kista dan banyak. Tapi bukan penyakit kista yang besar dan ini yang membawa dampak mereka tidak bertelur,” ujarnya membeberkan penjelasan.

Tersebab bahayanya, Hasto mengeluarkan imbauan kepada setiap perempuan untuk menjaga nutrisi dan gizi yang dikonsumsinya. Dalam momen itu, Hasto juga menganjurkan aturan makan bersama dengan porsi sebanding harus jadi formalitas masyarakat setiap harinya.

Risiko PTM bagi penderita obesitas

Ahli gizi klinis dr. Marya Haryono menjelaskan soal risiko penyakit tidak menular (PTM) yang muncul terhadap seseorang bersama dengan obesitas. Menurutnya, orang obesitas bakal berpeluang mengalami sindrom metabolik yang tingkatkan risiko PTM.

“Untuk jangka panjangnya berpotensi timbul penyakit tidak menular, seumpama resiko kena stroke, serangan jantung, kencing manis atau diabetes,” ujar dr. Marya menerangkan penjelasan.

Menyikapi maraknya obesitas, dr. Marya mengimbau dilakukannya pemantauan tingkat obesitas lewat pengukuran Indeks Masa Tubuh yang melibatkan berat badan didalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan didalam mtr. (m2).

Tak kalah penting, dr. Marya juga menganjurkan masyarakat menerapkan konsumsi makanan sesuai saran dari Kementerian Kesehatan, yaitu sayur didalam kuantitas dua kali lipat dari sumber karbohidrat dan protein.

“Jangan lupa untuk pilih makanan dan minuman yang tinggi protein gara-gara dapat jadi sumber energi,” ujarnya lagi.***