TopOne.id – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) merespons komplain sejumlah warga negara asing (WNA) di Bali yang menjadi terganggu bersama suara kokok ayam. Sebelumnya, sebanyak 17 WNA melayangkan petisi ke Kantor Camat Kuta Selatan, Badung, Bali, yang memuat komplain ihwal suara kokok ayam yang terdengar hingga tempat mereka menginap.
Plt Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Frans Teguh, menilai hal itu merupakan euforia berlebihan sejumlah turis mancanegara. Frans menuturkan, mutlak bagi wisatawan mancanegara untuk menghargai dan menghargai nilai-nilai kearifan lokal.
“Ini sesungguhnya karena euforia berlebihan. Banyak wisatawan yang datang saat ini ke Bali, tetapi rupanya mereka telah menjadi komplain. Ini terbalik-balik,” ujar Frans Teguh di dalam pernyataan pada Kamis, 9 Maret 2023.
“Kita harus wisatawan, tetapi jangan hingga over acting. Ini harus kita perkuat kepekaan menyesuaikan wisatawan. Wisatawan harus diatur, baik domestik maupun mancanegara,” ujarnya mengimbuhkan, dikutip Pikiran-rakyat.com dari Antara.
Menyusul hal itu, Frans Teguh mengimbau pengelola objek wisata sehingga beri tambahan pemahaman kepada turis asing berkenaan kearifan lokal harus dipatuhi.
“Saya hanya inginkan menyatakan bahwa ini berkenaan manajemen destinasi yang harus betul kita atur tempat tinggal tangganya. Pengunjung dan tamu harus mengetahui sama juga apa nilai-nilai lokal yang harus dijunjung dan diikuti,” ujarnya.
Selain itu, Frans juga menyinggung berkenaan pentingnya perhatikan reputasi objek wisata sehingga diminati wisatawan lokal dan asing secara berkelanjutan.
“Reputasi destinasi adalah suatu hal yang harus kita pertahankan karena siklus destinasi itu mampu macam-macam. Ada banyak destinasi terkenal pada suatu era tetapi lantas tidak lagi,” ujarnya.
Terganggu Kokok Ayam
Petisi yang dilayangkan 17 WNA itu ditanggapi oleh Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun. Kadispar Bali mengaku telah mempertemukan pemilik penginapan Anumaya Bay View Jimbaran bersama pemilik ayam untuk berdiskusi.
Setelah berbincang, 17 WNA itu diminta untuk ikuti kearifan lokal setempat, terutama para pemilik ayam sesungguhnya hanya peternak kecil yang biasa memelihara untuk hobi semata.
“Sudah disampaikan ke wisatawannya bahwa jikalau di Bali, masyarakat pada kebanyakan memelihara ayam aduan, anjing, burung, dan kucing. Kalau Anda sudi tinggal di tempat lain, silahkan di hotel, telah ditawarkan,” ujarnya.***