TopOne.id – Wabah difteri belakangan ini merebak di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Garut melaporkan lima orang positif terjangkit penyakit difteri.
Menyikapi hal tersebut, pihaknya pun segera melakukan pemeriksaan terhadap 72 orang yang diketahui memiliki kontak erat dengan pasien yang saat ini diketahui positif terjangkit difteri. Selain itu, mereka juga akan dilakukan uji laboratorium untuk mendeteksi apakah 72 orang tersebut positif terpapar difteri.
“Mereka yang diambil sampel adalah kontak erat dengan penderita difteri, dan masih menunggu hasil pemeriksaannya,” kata Leli Yuliani selaku Sekretaris Dinkes Kabupaten Garut kepada awak media dikutip topone.id dari Antara.
“Kami menerima laporan dari Labkesda Provinsi Jawa Barat ada penambahan tiga orang yang terkonfirmasi positif, jadi jumlah sampai hari ini lima orang,” ujar Leli Yuliani.
Lantas, apa saja gejala, penyebab hingga pengobatan yang dapat dilakukan ketika terpapar penyakit difteri ini? simak penjelasannya.
Mengenal Penyakit Difteri
Difteri merupakan infeksi serius yang disebabkan oleh strain bakteri. Adapun bakteri itu dikenal dengan nama Corynebacterium diphtheriae yang dapat menghasilkan racun. Sehingga, dari racun tersebutlah yang dapat menjadikan seseorang menderita penyakit berat.
Di samping itu, tak jauh berbeda dengan Covid-19, bakteri yang dihasilkan oleh penyakit difteri ini juga diketahui dapat menyebar ke orang lain.
Pada umumnya bakteri tersebut menyebar melalui cairan droplet, misalnya seperti batuk atau bersin. Selain itu seseorang juga dapat terpapar penyakit tersebut usai menyentuh luka terbuka atau borok yang terinfeksi difteri.
Terdapat beberapa kriteria yang dapat menyebabkan seseorang beresiko lebih tinggi untuk terpapar penyakit difteri, yaitu:
– Mereka yang tinggal serumah dengan penderita positif difteri
– Mereka yang memiliki riwayat kontak erat dan dekat dengan pasien positif difteri
– Mereka yang secara langsung terpapar dari tempat infeksi yang dicurigai (misalnya pada mulut, kulit) pasien positif difteri.
Tanda dan Gejala Difteri
Mengutip dari laman resmi CDC, disebutkan bahwa difteri dapat menginfeksi saluran pernapasan dalam hal ini seluruh bagian tubuh yang terlibat dalam pernapasan dan juga kulit. Gejala yang muncul pun tergantung pada bagian tubuh yang terpapar.
Mereka yang positif terpapar difteri biasanya sudah mengalami gejala dalam 2-5 hari. Bakteri paling sering menginfeksi sistem pernapasan yang meliputi bagian tubuh yang terlibat dalam pernapasan. Di sisi lain saat bakteri tersebut telah menjangkiti lapisan sistem pernapasan, dapat menyebabkan:
1. Badan menjadi lemas dan lelah
2. Mengalami sakit di bagian tenggorokan
3. Merasakan demam ringan
4. Mengalami pembengkakan kelenjar di bagian leher
Difteri juga dapat membuat racun yang membunuh jaringan sehat di sistem pernapasan. Sementara itu, dalam dua hingga tiga hari, jaringan mati tersebut akan membentuk sebuah lapisan abu-abu tebal yang dapat menumpuk di tenggorokan atau hidung.
Berdasarkan dari pemaparan pakar medis, disebutkan bahwa lapisan abu-abu yang tebal tersebut sebagai “pseudomembran” yaitu dapat menutupi jaringan di hidung, amandel, kotak suara, dan tenggorokan, sehingga sangat sulit untuk bernapas dan menelan.
Adapun jika toksin tersebut masuk ke dalam aliran darah, dapat menyebabkan kerusakan jantung, saraf, dan ginjal pada penderitanya.
Selain menjangkit bagian pernafasan, difteri juga dapat menginfeksi kulit. Adapun gejalanya yaitu dapat menyebabkan menyebabkan luka terbuka atau bisul. Beruntungnya, infeksi difteri pada kulit, tercatat jarang mengakibatkan penyakit yang parah.
Pengobatan difteri
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan bagi para penderita, agar dapat sembuh dari penyakit difteri ini, yaitu sebagai berikut:
– Mengonsumsi antitoksin difteri dengan tujuan untuk menghentikan racun bakteri yang merusak tubuh. Hal ini penting bagi penderita yang terinfeksi difteri pada bagian pernapasan, namun bagi penderita infeksi difteri pada bagian kulit, hal ini jarang digunakan untuk.
– Menggunakan antibiotik untuk membunuh dan menyingkirkan bakteri. Berbeda dengan poin sebelumnya, poin kedua ini merupakan hal penting untuk seluruh jenis infeksi difteri baik pada pernapasan, kulit dan bagian tubuh lainnya.
Penderita difteri tidak dapat menulari orang selama 48 jam usai mereka minum antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik ini harus dilakukan secara rutin guna memastikan bahwa bakteri tersebut benar-benar hilang dari tubuh penderita.
Usai pasien pengobatan dilakukan secara lengkap, dokter pun akan kembali melakukan tes guna memastikan bakteri tersebut tak lagi bersemayam di tubuh pasien.
Demikianlah penjelasan terkait penyakit difteri, gejala, penyebab hingga cara pengobatannya.***